Sejak akhir tahun 2021, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada yang didukung oleh World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta dan Yayasan Tahija menjalin kerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dalam penerapan metode penanganan penyebaran virus dengue dengan menggunakan bakteri alami yang disebut Wolbachia.
Program ini bernama Wolbachia wis Masuk Bantul (WoW Mantul). Sebanyak 22.154 ember berisi telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia telah dititipkan di rumah Orang Tua Asuh pada bulan Mei dan hingga akhir Desember persentase nyamuk ber-Wolbachia di Bantul telah stabil tinggi di 76,8%.
“Program WoW Mantul diimplementasikan di 11 kapanewon, 38 kalurahan, dan 519 padukuhan, serta bekerja sama dengan 18 puskesmas dan sekitar 3.200 kader kesehatan,” terang dr. Eggi Arguni, Sp.A.(K), Ph.D, Diagnostic Team Leader WMP Yogyakarta, dalam audiensi dengan Bupati Bantul, H. Abdul Halim Muslih, Rabu (7/12) lalu.
Selama pelaksanaan program, kader kesehatan setempat datang setiap dua minggu sekali untuk memberikan paket penggantian telur. Berakhirnya masa penitipan ember berisi telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia ditandai dengan penarikan 22.154 ember pada periode 5-16 Desember 2022.
Menurut dr. Eggi, pasca penarikan ember, masih akan dilakukan pemantauan nyamuk ber-Wolbachia sebanyak 2 kali, yaitu pada 2 bulan dan 4 bulan sejak penarikan ember. Harapannya persentase Wolbachia yang sudah mencapai 76,8% bisa terus stabil tinggi dan semakin menurunkan kasus DBD di Bantul.
Bupati Bantul menyampaikan bahwa program WoW Mantul telah tersosialisasi dengan baik, terlihat dari masyarakat yang bisa memahami dan terbuka terhadap intervensi kesehatan ini sebagai program pelengkap pengendalian DBD.
“Berharap ke depannya derajat kesehatan masyarakat semakin membaik karena pada akhirnya menjaga kesehatan diri adalah tugas masing-masing individu yang tergerak untuk mencegah berbagai macam penyakit,” ucapnya.
Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Agus Budi Raharja, SKM, M.Kes, dalam forum tersebut menyampaikan tentang pemantauan kasus dengue pasca pelaksanaan program WoW Mantul. Menurutnya, Dinas Kesehatan Bantul akan terus memantau perkembangan kasus DBD baik jumlah kasus maupun Case Fatality Rate (CFR). Harapannya, Wolbachia akan memberikan proteksi di Bantul dan menurunkan kasus DBD.
Agus menambahkan, walaupun sudah ada Wolbachia, faktor penyebab DBD lainnya seperti mobilitas warga tetap perlu diperhatikan. Karena itu program seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pemantauan jentik, dan PHBS masih tetap selalu dijalankan.
Menanggapi sebagian kecil wilayah di Bantul yang belum mendapatkan Wolbachia, Warsito Tantowijoyo, Entomology Team Leader WMP Yogyakarta, menyampaikan bahwa sejumlah daerah di Bantul memang belum mendapatkan ember nyamuk ber-Wolbachia. Melihat pengalaman di Kota Yogyakarta, nyamuk ber-Wolbachia secara bertahap bisa menyebar ke seluruh wilayah yang belum disalurkan ember. Demikian halnya di Bantul, seiring berjalannya waktu, nyamuk ber-Wolbachia yang sudah menetap di alam akan berkembang biak dan menyebar ke seluruh wilayah di Bantul.
Pada kesempatan yang sama Trihadi Saptoadi, Ketua Yayasan Tahija, menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Bantul yang telah bersedia terlibat dalam penelitian pengendalian DBD ini, bahkan sejak fase 2 dan fase 3 penelitian. Selain pemerintah daerah, program ini juga didukung oleh puskesmas, kapanewon, kalurahan, padukuhan, kader kesehatan dan Orang Tua Asuh, serta masyarakat Bantul pada umumnya. Ke depan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman akan menjadi learning center bagi pemerintah daerah lainnya yang akan mengimplementasikan teknologi Wolbachia.
“Kita telah sukses mengembangkan teknologi Wolbachia sebagai inovasi dalam pengendalian DBD, namun masyarakat mempunyai peranan penting dalam keberhasilan ini. Karena penerimaan yang tinggi dari masyarakat, kita bisa melihat hasil efikasi dari Wolbachia dalam pengendalian dengue. Semoga ikhtiar bersama ini bisa mengurangi beban kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh dengue,” kata Trihadi.